Klasifikasi ini memunculkan kekhawatiran di berbagai kalangan, meskipun bukti yang mendukung klaim tersebut terbatas dan lebih banyak berdasarkan penelitian observasional manusia yang belum kuat.
Saat itu, penelitian belum sepenuhnya menganalisis dampak jangka panjang dari paparan gelombang radio, sehingga masih banyak pertanyaan yang menggantung di masyarakat.
Namun, dengan penelitian terbaru ini, yang mencakup data lebih dari dua dekade, kejelasan mulai muncul.
"Hasil penelitian kami semakin memperkuat bahwa paparan gelombang radio dari teknologi nirkabel, termasuk ponsel, tidak berdampak pada kesehatan manusia, khususnya dalam hal risiko kanker otak," tambah Karipidis.
Salah satu hasil yang paling menenangkan dari tinjauan ini adalah bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan ponsel dalam jangka panjang meningkatkan risiko kanker otak.
Ini berarti, baik kita sering atau jarang menggunakan ponsel, risiko kanker otak tetap sama. Tidak ada peningkatan insiden kanker otak selama 20 tahun terakhir, meskipun penggunaan ponsel terus meningkat.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh ARPANSA, yang juga menunjukkan tidak ada peningkatan signifikan dalam kasus kanker otak sejak dua dekade terakhir.
Bahkan, data dari berbagai negara juga mendukung kesimpulan ini.
Seiring dengan perkembangan teknologi, ponsel kini dirancang dengan lebih aman. Gelombang radio yang dipancarkan oleh ponsel telah melalui berbagai uji keselamatan sebelum digunakan oleh masyarakat luas.
Lebih jauh lagi, berbagai standar internasional telah diterapkan untuk memastikan bahwa perangkat ini tidak menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan.
Sebagai contoh, WHO telah bekerja sama dengan berbagai lembaga internasional untuk memantau dampak gelombang radio terhadap kesehatan.
Standar-standar yang diterapkan memastikan bahwa paparan gelombang radio yang dihasilkan ponsel berada jauh di bawah batas yang dianggap berbahaya.