Banyak komentar menyoroti harganya yang premium, bahkan mencapai lebih dari $1.000, yang dinilai terlalu tinggi.
Masalah lainnya adalah persaingan ketat dengan perangkat gaming lain seperti Asus ROG Ally dan Valve Steam Deck.
Kedua perangkat tersebut menawarkan akses ke perpustakaan game PC, masa dukungan lebih panjang, dan harga yang lebih ramah kantong.
Kritik Tajam Terhadap Dukungan Perangkat Lunak
Salah satu poin kritis yang membuat gamer berpikir ulang adalah dukungan perangkat lunak yang terbatas.
Asus hanya menawarkan 2 kali pembaruan sistem operasi dan 4 tahun patch keamanan, yang dianggap kurang untuk ponsel dengan harga fantastis.
Selain itu, bootloader yang terkunci menjadi kendala bagi pengguna yang ingin memasang perangkat lunak kustom.
Padahal, gamer biasanya lebih cenderung memodifikasi perangkat mereka untuk memperpanjang masa pakainya.
Hilangnya Fitur Ikonik yang Disayangkan
Bagi penggemar lama ROG Phone, ada rasa kecewa terhadap hilangnya beberapa fitur ikonik.
Contohnya, speaker depan yang dulu menjadi ciri khas kini digantikan dengan speaker yang membutuhkan bantuan casing tambahan untuk "Audio Redirection."
Selain itu, layar ponsel yang dulu bebas dari gangguan kini memiliki punch-hole untuk kamera depan, mirip dengan ponsel mainstream lainnya.
Beberapa pesaing bahkan sudah mengadopsi kamera di bawah layar yang lebih futuristik.
Artikel Terkait
Review Vivo V40 Lite 4G, Smartphone 3 Jutaan dengan Kamera 50 MP, RAM 16 GB, dan Pengisian 80W yang Bikin Hidup Makin Praktis!
Google Pixel 9 vs Samsung Galaxy S24, Duel Sengit Dua Flagship Compact Terbaik Tahun Ini
Main Game Tanpa PS5? PlayStation Portal Bikin Gamer Makin Fleksibel, Wajib Coba!
Honor 300 Ultra Resmi Diluncurkan, Smartphone dengan Desain Mewah, Snapdragon 8 Gen 3, dan Fitur Canggih Siap Bikin Kamu Terpukau
iPhone SE 2025 Hadir dengan Layar OLED, Chipset iPhone 16, dan Kamera 48MP, Semua Bisa Didapat Mulai Rp7 Jutaan!