HUKAMANEWS - Dari judulnya aja sudah nggak jelas, posternya apalagi.
Susah lho, goblok tapi terkonsep, tapi itu sebelum ada GJLS
Demikian ulasan film layar lebar GJLS Ibuku Ibu-Ibu, dikutip dari blog luqmanbaehaqi, pada Sabtu (14/6).
Lewat film GJLS: Ibuku Ibu-ibu, Trio GJLS yakni Rigen, Hifdzi, dan Rispo, membuktikan bahwa kegoblokan dan kekacauan pun bisa punya koreografi.
Menikmati film GJLS itu udah kayak dilempar ke semesta baru yang absurd dan penuh teror.
Lo bakal sering diteror pertanyaan, "INI APAAN SIIIIH?!"
Tentu sambil ketawa berderai-derai buat yang sudah "kenal" sama GJLS, dan sambil mikir berat buat yang belum kenal.
Tapi tenang, selesai nonton, lo bakal ngerti apa itu joke genre GJLS yang nggak gampang buat didefinisikan, tapi bisa kok dirasakan.
"Saya kebetulan dari awal udah sempat dapet bocoran soal film ini dikit-dikit… dan dengan sotoy-nya saya mencoba mengantisipasi datangnya punchline pas nonton."
"Tapi tetap: gagal total, saudara-saudara. Tetap ngabrut… ngakak brutal tanpa bisa diselamatkan."
Film ini berhak dapet piala untuk kategori tersendiri, kategori GJLS, karena udah nabrak pakem dari banyak sisi.
Mirip gerakan pendekar mabuk yang arah serangannya sulit diduga-duga datangnya.
Kalau di film lain, beberapa bagian yang ada di film ini disebut kesalahan atau kekurangan, tapi di film ini justru jadi kekuatan, jadi hidangan utama yang disajikan dengan penuh sukacita.
Asli, saya penasaran banget pengen denger komentar orang yang udah nonton tapi nggak kenal sama trio GJLS sama sekali.
Trauma seperti apa yang akan mereka rasakan?