Menurut beberapa laporan dari media Korea, keputusan Samsung untuk memperbaiki dimensi dan berat Flip8 juga merupakan respons terhadap persaingan ketat dari produsen Tiongkok, yang lebih dulu menonjolkan konsep foldable dengan bodi tipis.
Antisipasi Masuknya Apple ke Dunia Foldable
Selain mengejar tren desain, Samsung juga disebut tengah bersiap menghadapi Apple, yang kabarnya akan merilis perangkat lipat pertamanya pada tahun 2026.
Kehadiran Apple diperkirakan akan “memperluas pasar foldable”, namun juga bisa menjadi ancaman langsung bagi Samsung yang telah lama memimpin kategori ini.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Samsung tampaknya berupaya menjadikan Flip8 sebagai perangkat yang tidak hanya kuat secara spesifikasi, tapi juga menyentuh sisi emosional dan gaya hidup pengguna.
Pendekatan ini mirip dengan strategi fashion brand yang menjual pengalaman dan identitas, bukan sekadar produk.
Kenyamanan dan Portabilitas Jadi Nilai Jual
Dengan bobot hanya sekitar 170 gram, Galaxy Z Flip8 disebut akan menjadi ponsel lipat paling ringan Samsung sejauh ini.
Pengguna bisa dengan mudah membukanya untuk selfie spontan, menutupnya saat selesai, dan menyimpannya tanpa merasa berat.
Bagi mereka yang sering bepergian, desain ramping ini tentu menjadi nilai tambah.
Sejumlah pengamat teknologi juga menilai, penurunan ketebalan dan berat ini bisa meningkatkan daya tahan engsel dan efisiensi penggunaan layar fleksibel, dua aspek yang sering menjadi sorotan pengguna ponsel lipat.
Tren Foldable di Kalangan Urban Indonesia
Di Indonesia sendiri, tren ponsel lipat semakin digemari, terutama di kalangan pengguna muda urban seperti Bandung, Jakarta, dan Surabaya.