gadget

Samsung Korban Perang Dagang? Galaxy Z Fold8 Terancam Tak Lagi Tipis Gara-Gara Material Ini!

Rabu, 23 Juli 2025 | 20:00 WIB
Rumor baru ungkap Galaxy Z Fold8 tidak lagi gunakan titanium, ini efek perang dagang pada desain ponsel lipat Samsung. (HukamaNews.com / Samsung)

HUKAMANEWS - Samsung dikenal sebagai pionir dalam teknologi ponsel lipat, dan tahun ini mereka memperkenalkan Galaxy Z Fold7 sebagai ponsel lipat tertipis yang pernah mereka buat.

Tapi tunggu dulu, bisa jadi kamu harus mengucapkan selamat tinggal pada desain ultra tipis itu di generasi selanjutnya.

Kabarnya, Galaxy Z Fold8 justru bakal hadir dengan bodi yang lebih tebal dibanding pendahulunya.

Bukan karena Samsung mau mundur selangkah dari inovasi, tapi lebih karena faktor eksternal yang tak terhindarkan, terutama situasi geopolitik yang makin rumit.

Baca Juga: Xiaomi Siap Gebrak Pasar dengan Charger 100W, Cek Bocoran Sertifikasi Isyaratkan Kejutan di Seri Xiaomi 16

Laporan dari Gizmochina yang mengutip sumber The Elec menyebutkan bahwa Galaxy Z Fold8 kemungkinan tidak akan lagi menggunakan pelat belakang berbahan titanium seperti Z Fold7.

Sebagai gantinya, Samsung dikabarkan sedang mempertimbangkan penggunaan bahan plastik yang diperkuat serat karbon (CFRP) untuk bagian belakang perangkat.

Material CFRP ini sebelumnya sudah digunakan di Galaxy Z Fold6, khususnya sebagai penyangga struktural layar lipat bagian dalam.

Namun, perubahan ini tentunya membawa konsekuensi.

Ketipisan Galaxy Z Fold7 yang hanya 8,9 mm tercapai berkat penggunaan titanium yang ringan dan kuat.

Baca Juga: Google Pixel 10 Pro Resmi Diperkenalkan, Ini Bocoran Desain dan Spesifikasinya

Dengan digantinya material ini di Fold8, wajar jika perangkat jadi sedikit lebih tebal bahkan berpotensi lebih berat.

Pemicunya? Perang dagang yang masih berlangsung antara Amerika Serikat dan Tiongkok jadi salah satu faktor utama.

AS saat ini menerapkan kebijakan tarif balasan terhadap sejumlah negara, termasuk Tiongkok yang notabene merupakan pemain utama dalam rantai pasokan titanium global.

Kondisi ini membuat biaya pengadaan titanium semakin tinggi dan berisiko mengganggu efisiensi produksi.

Halaman:

Tags

Terkini