Kabarnya, Apple akan menggandeng Samsung untuk menyediakan dua layar utama: layar penutup berukuran 5,5 inci dan layar utama fleksibel berukuran 7,8 inci.
Ini mengindikasikan bahwa bentuk iPhone Fold akan menyerupai desain buku, mirip dengan Galaxy Z Fold milik Samsung.
Yang menarik, Apple juga dilaporkan akan menggunakan engsel berbahan "liquid metal" yang diklaim lebih kuat dari titanium.
Material ini bisa jadi salah satu kunci kenapa harga iPhone Fold bakal melambung tinggi, karena Apple memang dikenal suka mengutamakan kualitas desain dan ketahanan bodi perangkat.
Baca Juga: POCO F7 Series Resmi Hadir di Indonesia, Tawarkan Performa Gahar dan Teknologi Visual Mutakhir
Saat dilipat, ketebalan iPhone Fold diprediksi ada di kisaran 9 sampai 9,5 mm. Sedangkan ketika dibuka penuh, ketebalannya bisa seramping 4,5 hingga 4,8 mm.
Angka ini menandakan bahwa Apple akan fokus pada desain yang tipis dan nyaman di genggaman.
Dari sudut pandang pasar, posisi harga iPhone Fold yang tinggi ini tentu akan menciptakan segmen tersendiri.
Apple tampaknya tidak berniat untuk masuk ke pasar massal lebih dulu, melainkan menargetkan pengguna premium yang memang rela mengeluarkan dana besar untuk mendapatkan teknologi terbaru dengan sentuhan khas Apple.
Namun langkah ini juga bisa jadi taruhan besar. Di satu sisi, Apple dikenal punya basis pengguna yang sangat loyal dan tidak terlalu sensitif terhadap harga.
Tapi di sisi lain, dunia ponsel lipat belum sepenuhnya matang, dan masih terus berkembang baik dari sisi teknologi maupun daya tahan perangkat.
Dengan kisaran harga yang cukup "fantastis", iPhone Fold sepertinya tidak hanya akan diuji dari sisi inovasi, tapi juga dari seberapa besar nilai yang bisa diberikan kepada pengguna dibandingkan para pesaingnya.
Apakah desain, spesifikasi, dan ekosistem Apple cukup kuat untuk membenarkan harga dua kali lipat dari iPhone 16 Pro Max?
Jawabannya mungkin baru bisa kita lihat setelah 2026 mendatang.