Tantangan Adopsi: Belum Semua Operator Siap
Meski terdengar futuristik, kenyataannya adopsi eSIM belum bisa dibilang masif.
Masalah paling umum datang dari sisi dukungan operator. Tidak semua penyedia layanan seluler di berbagai negara sudah siap dengan sistem provisioning digital yang dibutuhkan eSIM.
Selain itu, proses pemindahan eSIM ke perangkat baru belum sepraktis SIM fisik yang hanya tinggal dipindahkan.
Ini membuat sebagian pengguna masih memilih bertahan dengan metode lama karena dianggap lebih praktis dan familiar.
Baca Juga: Smartphone Kamu Belum Maksimal? Ini 5 Fitur AI Tersembunyi yang Bikin Hidup Makin Gampang!
Kartu SIM Fisik: Teknologi Lama yang Masih Bertahan
Di sisi lain, SIM fisik sudah jadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman menggunakan ponsel sejak awal era GSM.
Prosesnya sederhana: masukkan kartu, nyalakan ponsel, langsung bisa digunakan. Kompatibilitasnya tinggi dan hampir semua perangkat mendukungnya.
Namun, SIM fisik juga punya kelemahan: bisa hilang, rusak, atau kotor. Selain itu, slot SIM memakan ruang di dalam perangkat—sesuatu yang makin tidak efisien di era desain minimalis.
Tren Global: eSIM Semakin Diterima Pasar
Laporan dari GSMA Intelligence menunjukkan bahwa adopsi eSIM terus meningkat, terutama di kalangan pengguna smartphone flagship dan pelanggan jaringan 5G.
Data dari Global Certification Forum (GCF) juga mencatat lonjakan jumlah perangkat bersertifikasi eSIM pada tahun 2024, menandakan komitmen industri untuk memperluas dukungan terhadap teknologi ini.
Bagaimana di Indonesia?