Jadi, jika tiba-tiba nama ini hilang dari flagship, apakah pengguna akan tetap loyal? Atau malah merasa kehilangan identitas yang selama ini mereka banggakan?
Samsung tampaknya memahami risiko ini, dan kemungkinan besar akan mengedukasi pasar secara perlahan agar pengguna terbiasa dengan perubahan tersebut.
Di era di mana citra dan branding sangat memengaruhi keputusan konsumen, Samsung perlu memastikan bahwa perubahan ini benar-benar sepadan dengan hasil yang diharapkan.
Sebagai brand besar, Samsung tentu tidak asing dengan keputusan-keputusan berani.
Untuk bersaing di pasar premium yang makin jenuh, mereka harus terus berinovasi, bukan hanya dari segi teknologi tetapi juga dalam branding.
Menghapus nama Galaxy di lini flagship memang terkesan berisiko, tetapi di sisi lain, ini juga bisa menjadi kesempatan bagi Samsung untuk membangun kembali image yang lebih segar dan eksklusif.
Samsung punya modal besar untuk melakukan rebranding ini, terutama dengan ekosistem teknologi yang sudah matang, dari smartphone, smartwatch, hingga smart home devices.
Mereka hanya perlu memastikan bahwa langkah ini didukung dengan promosi yang kuat agar pengguna mau menerima dan mengenal kembali lini flagship Samsung dengan identitas barunya.
Satu yang pasti, kita tidak akan lagi melihat ponsel flagship Samsung dengan nama "Galaxy."
Pertanyaan besarnya adalah, apakah pengguna akan menyambut baik perubahan ini atau justru lebih nyaman dengan nama Galaxy yang sudah lekat di hati?***